CENTRALNESIA – Pada Rabu, 30 Oktober 2024, Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) kembali menekankan perlunya semua pihak yang terlibat untuk mematuhi Resolusi PBB 1701 dalam upaya meredakan ketegangan yang meningkat di Lebanon. Juru bicara UNIFIL, Andrea Tenenti, menyampaikan pernyataan ini dalam konferensi pers daring dari Beirut.
Tenenti mencatat bahwa ketegangan di kawasan tersebut telah meningkat secara signifikan dalam beberapa pekan terakhir, mengubah permusuhan menjadi konflik yang lebih mematikan dan intens. Ia mengingatkan bahwa tindakan militer dari Israel dan Hizbullah berpotensi membahayakan keselamatan pasukan penjaga perdamaian, baik melalui tembakan acak maupun serangan yang disengaja.
Meskipun situasi tidak menentu, UNIFIL terus menjaga komunikasi dengan otoritas Lebanon dan Israel, serta mendesak semua pihak untuk menghindari situasi yang semakin memburuk. “Pesan kami jelas, komitmen terhadap resolusi 1701 harus diwujudkan melalui tindakan nyata, bukan sekadar kata-kata,” ujarnya.
Resolusi 1701, yang diadopsi pada 11 Agustus 2006, menuntut penghentian total permusuhan antara Lebanon dan Israel, serta pembentukan zona demiliterisasi antara Garis Biru (perbatasan de facto) dan Sungai Litani, di mana hanya tentara Lebanon dan UNIFIL yang diperbolehkan memiliki senjata.
Tenenti mengungkapkan bahwa UNIFIL tetap beroperasi di Lebanon selatan untuk memantau situasi dan melaporkan kepada Dewan Keamanan. Ia mencatat bahwa meskipun kegiatan patroli mereka terbatas, UNIFIL terus mendukung lembaga PBB lainnya dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada penduduk yang membutuhkan.
Saat ini, banyak orang terjebak di desa-desa tanpa akses ke kebutuhan dasar, sehingga penyaluran bantuan menjadi tantangan besar. Tenenti menjelaskan bahwa meskipun banyak penduduk telah mengungsi, masih ada yang tinggal di daerah dengan kondisi sangat sulit akibat hancurnya banyak desa dan terus berlanjutnya penembakan.
Menanggapi kritik terhadap UNIFIL mengenai pelaksanaan mandatnya, Tenenti menyatakan bahwa implementasi mandat tersebut tergantung pada komitmen dari pihak-pihak yang terlibat. Ia menegaskan bahwa UNIFIL hadir untuk mendukung pelaksanaan resolusi tersebut, yang tetap menjadi kerangka utama untuk solusi yang layak.
Sejak September, Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon dengan klaim menargetkan Hizbullah, dalam konteks eskalasi konflik yang dimulai sejak serangan brutal Israel di Jalur Gaza. Menurut otoritas kesehatan Lebanon, lebih dari 2.700 orang telah tewas dan hampir 12.500 lainnya terluka akibat serangan tersebut.
More Stories
Kronologi Jatuhnya Pesawat Azerbaijan di Dekat Aktau, Kazakhstan
Perayaan Natal di Sofia, Bulgaria: Momentum Penguatan Hubungan Bilateral Indonesia-Bulgaria
Mayat Ditemukan di Ruang Roda Pesawat United Airlines yang Mendarat di Hawaii