CENTRALNESIA – Cancel culture telah menjadi fenomena global yang juga mempengaruhi industri hiburan, termasuk dunia K-pop. Fenomena ini merujuk pada tindakan kolektif untuk menarik dukungan atau mengisolasi seorang individu—dalam hal ini, seorang idol—dalam menanggapi perilaku yang dianggap tidak pantas atau kontroversial. Dalam dunia K-pop, cancel culture sering muncul akibat tindakan atau pernyataan yang dianggap menyinggung, baik itu dalam kehidupan pribadi idol maupun dalam interaksi mereka dengan penggemar dan media.
Kontroversi yang memicu cancel culture bisa beragam, mulai dari pernyataan rasis, skandal pribadi, hingga perilaku yang dianggap tidak etis. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah ketika seorang idol terlibat dalam insiden yang mendapat perhatian negatif dari media atau publik, seperti tuduhan pelecehan atau masalah hukum. Dalam banyak kasus, penggemar dan masyarakat luas akan segera merespons dengan memboikot karya-karya idol tersebut, menghentikan dukungan mereka, dan bahkan menyerukan agar idol tersebut dikeluarkan dari grup atau industri hiburan.
Dampak dari cancel culture di dunia K-pop sangat besar. Bagi idol, skandal atau kontroversi dapat merusak reputasi mereka dan menghancurkan karier yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Beberapa idol bahkan terpaksa hiatus atau mengundurkan diri dari grup mereka setelah terkena dampak cancel culture. Agensi juga harus mengambil langkah-langkah cepat untuk menangani situasi ini, sering kali dengan merilis permintaan maaf publik atau memutuskan hubungan dengan idol yang terlibat dalam kontroversi.
Namun, cancel culture di K-pop juga menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana masyarakat seharusnya menghukum individu berdasarkan kesalahan masa lalu mereka. Terkadang, masyarakat terlalu cepat menghakimi, tanpa memberikan kesempatan bagi idol untuk memperbaiki diri. Ini menciptakan ketegangan antara penggemar yang ingin menjaga standar tinggi terhadap idol mereka dan hak individu untuk berkembang.
More Stories
Virtual Cinematography: Mengubah Cara Kita Membuat dan Mengalami Film di Dunia Virtual
Immersive Storytelling: Menciptakan Narasi yang Membenamkan Pengalaman Pengguna dalam Dunia Digital
AR Murals dan Grafiti Digital: Seni Jalanan yang Menyatu dengan Teknologi Augmented Reality