CENTRALNESIA – Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara terus mengintensifkan upaya penurunan stunting di wilayahnya melalui kolaborasi berbagai pihak dan pemangku kepentingan. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, dr. Lysbeth Regina Pandjaitan, menegaskan pentingnya sinergi dalam menangani masalah stunting, yang disebabkan oleh kekurangan gizi pada anak.
“Upaya percepatan penurunan stunting adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan sinergi dan kolaborasi dari semua pihak,” ujar dr. Lysbeth saat membuka acara Aksi 7 Pengukuran dan Publikasi Stunting/Diseminasi Status Gizi di Jakarta, Kamis.
Untuk itu, Pemerintah Kota Jakarta Utara mengusung konsep pentahelix, yaitu melibatkan lima elemen utama dalam penanganan stunting, yakni pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat, dan media. Program ini terdiri dari delapan aksi konvergensi yang fokus pada penurunan angka stunting, yang meliputi: analisis situasi, perencanaan kegiatan, rembuk stunting, regulasi desa, pembinaan Keluarga Penerima Manfaat (KPM), manajemen data, serta pengukuran dan publikasi stunting.
Dr. Lysbeth menjelaskan, salah satu tantangan utama adalah pemahaman yang keliru di masyarakat mengenai perbedaan antara balita yang mengalami stunting dan yang tergolong stunted. Balita yang dikategorikan stunting adalah mereka yang gagal tumbuh akibat kekurangan gizi jangka panjang, sering terkena infeksi, dan kurangnya stimulasi psikososial yang adekuat. Sementara stunted mengacu pada kondisi fisik balita dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia mereka.
“Untuk membedakan antara gagal tumbuh (stunting) dengan kerdil (stunted), diperlukan pemeriksaan medis, seperti mengukur panjang tulang dan kepadatan tulangnya,” lanjut dr. Lysbeth. Ia menegaskan pentingnya pemeriksaan lanjutan oleh dokter spesialis anak untuk memastikan apakah seorang balita mengalami stunting atau tidak.
Wakil Wali Kota Jakarta Utara, Juaini Yusuf, juga turut menyampaikan bahwa prevalensi stunting di wilayah Jakarta Utara pada tahun 2023 tercatat sebesar 19,8 persen, dengan target penurunan menjadi 14 persen pada tahun 2024. Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan mempromosikan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif sebagai upaya untuk mencegah stunting sejak dini.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi yang cukup dan pola asuh yang tepat dalam mencegah stunting pada anak. Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus bekerja keras dengan berbagai sektor untuk mencapai target penurunan stunting di Jakarta Utara.
More Stories
Kepolisian Usut Kasus Pemerasan oleh Waria di Bekasi Selatan
Laura Meizani (Lolly) Meninggalkan Rumah Aman dan Mendatangi Mapolres Metro Jakarta Selatan
Kepolisian Buru Guru Mengaji Pelaku Pencabulan di Tangerang