CENTRALNESIA – Duta Besar Republik Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia, Djahari Oratmangun, menyatakan bahwa hubungan antara Indonesia dan China akan semakin kuat di bawah pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Dubes Djahari menyampaikan optimisme tersebut dalam resepsi diplomatik peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 RI yang dihadiri sekitar 500 orang, termasuk duta besar, diplomat, pejabat pemerintah, dan warga negara Indonesia. Dia menegaskan bahwa di bawah pemerintahan baru, kerjasama yang saling menguntungkan dalam bidang perdagangan, investasi, infrastruktur, dan pertukaran antarmasyarakat akan terus diperkuat.
Dalam pidato pertamanya di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden Prabowo menekankan pentingnya persatuan dan optimisme dalam menghadapi tantangan global, serta keyakinan Indonesia untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia.
Dubes Djahari juga menyoroti prioritas pemerintahan baru, termasuk pengelolaan sumber daya alam, pencapaian swasembada pangan dan energi, serta peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui industri hilir. Ia menambahkan bahwa pemerintah akan memastikan pertumbuhan ini memberikan manfaat bagi semua lapisan masyarakat dan akan tetap mempertahankan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif.
Dalam konteks hubungan dengan China, Dubes Djahari mencatat pertumbuhan yang signifikan dalam perdagangan dan investasi. Pada tahun 2019, volume perdagangan Indonesia-China tercatat sebesar 79,76 miliar dolar AS, dan meningkat menjadi 139,26 miliar dolar AS pada tahun 2023. Hingga September 2024, perdagangan bilateral mencapai 105,62 miliar dolar AS.
China juga tetap menjadi salah satu investor utama di Indonesia, terutama dalam sektor energi terbarukan, infrastruktur, kesehatan, dan transportasi. Investasi China di Indonesia meningkat dari 800 juta dolar AS pada tahun 2014 menjadi 7,4 miliar dolar AS pada tahun 2023.
Di sektor pariwisata, Indonesia menargetkan kedatangan 1-1,5 juta wisatawan China hingga akhir 2024. Hingga Agustus 2024, sekitar 700 ribu wisatawan China telah berkunjung ke Indonesia. Sebelum pandemi, terdapat lebih dari 15 ribu pelajar Indonesia yang mengejar pendidikan di China, mencerminkan hubungan antarmasyarakat yang kuat.
Dubes Djahari juga memperkenalkan program Golden Visa yang menawarkan izin tinggal 5-10 tahun dengan manfaat akses masuk yang lebih mudah dan kepemilikan aset. Dia mendorong investor China untuk memanfaatkan kesempatan ini dan berkontribusi pada pertumbuhan Indonesia, salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
More Stories
Wamendagri Tekankan Pentingnya Peran Irigasi untuk Swasembada Pangan
Wamendagri Bima Arya: Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Kunci Kemajuan Maluku Utara
Ketua Komisi VII DPR RI Desak Pemerintah Proaktif Jaga Keamanan Libur Natal dan Tahun Baru