CENTRALNESIA – KH Mas Mansur adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah perjuangan Indonesia dan perkembangan Islam modern. Lahir di Kampung Sawahan, Surabaya, pada 25 Juni 1896, ia dikenal sebagai ulama, pendidik, organisatoris, reformis, dan aktivis kemerdekaan. Sosok ini tidak hanya memainkan peran penting dalam organisasi Muhammadiyah tetapi juga dalam perjuangan nasional melawan penjajahan.
Kehidupan Awal dan Pendidikan
KH Mas Mansur lahir dari keluarga religius. Ayahnya, KH Mas Ahmad Marzoeki, adalah imam Masjid Ampel, Surabaya, sementara ibunya, Hj Raudhah Sagipoddin, berasal dari keluarga pesantren. Pendidikan agama yang ia tempuh sejak kecil mencakup mondok di Pesantren Syaikhona Cholil, Bangkalan, tempat ia bertemu KH Wahab Hasbullah, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Pada usia 12 tahun, KH Mas Mansur melanjutkan pendidikan ke Mekkah bersama KH Wahab Hasbullah dan kemudian ke Universitas Al-Azhar, Mesir. Di sana, ia terpengaruh oleh pemikiran modernisme Islam dari Syeikh Rasyid Ridha, murid Muhammad Abduh, yang memperjuangkan pembaruan dalam Islam.
Peran di Muhammadiyah dan Julukan “Sapu Kawat Jawa Timur”
Sepulangnya ke Indonesia pada 1915, KH Mas Mansur tertarik dengan metode dakwah KH Ahmad Dahlan di Muhammadiyah, terutama pendekatan “tafsir langsung action” yang menghubungkan penafsiran Al-Qur’an dengan aksi nyata. Pada 1921, ia mendirikan Muhammadiyah Cabang Surabaya dan diberi julukan “Sapu Kawat Jawa Timur” oleh KH Ahmad Dahlan, karena kemampuannya menyelesaikan berbagai persoalan dengan tegas dan efektif.
KH Mas Mansur mengusulkan pembentukan Majelis Tarjih pada 1927 untuk memperkuat metode dakwah berbasis ijtihad yang sistematis. Ia terus naik ke jajaran kepemimpinan Muhammadiyah hingga tingkat pusat, mengembangkan metode dakwah yang lebih modern dan terorganisasi.
Kontribusi dalam Pergerakan Nasional
Selain menjadi tokoh agama, KH Mas Mansur juga terlibat aktif dalam perjuangan nasional. Ia sering berdiskusi dengan tokoh pergerakan seperti HOS Tjokroaminoto dan menjadi bagian dari “Empat Serangkai” di Pusat Tenaga Rakyat (Putera) bersama Bung Karno, Bung Hatta, dan Ki Hajar Dewantara.
Sebagai anggota BPUPKI dan PPKI, KH Mas Mansur turut berperan dalam perumusan dasar negara Indonesia. Hubungan dekatnya dengan Bung Karno juga terlihat ketika ia menjadi penghulu dalam pernikahan Bung Karno dan Fatmawati.
Warisan dan Pemikiran
KH Mas Mansur dikenal sebagai pemikir Islam yang moderat dan terbuka. Ia percaya pada pendekatan Islam sebagai kekuatan sosial yang mampu menggerakkan masyarakat dari bawah ke atas. Selain aktif di Muhammadiyah, ia juga terlibat dalam organisasi lain seperti Syarikat Islam, Madrasah Nahdlatul Wathan, dan Majelis Taswirul Afkar, yang menjadi cikal bakal berdirinya NU.
Pemikiran modernisme Islam yang ia usung mewarnai langkahnya dalam membangun hubungan lintas organisasi, budaya, dan ideologi. Ia tidak hanya fokus pada aspek kultural seperti KH Ahmad Dahlan tetapi juga mempertimbangkan aspek struktural untuk memajukan Islam.
Akhir Hidup dan Pengakuan sebagai Pahlawan Nasional
KH Mas Mansur wafat pada 25 April 1946 di usia 50 tahun akibat penyiksaan oleh pihak NICA di penjara. Meskipun dipenjara karena dianggap berkolaborasi dengan Jepang, dedikasi dan perjuangannya untuk kemerdekaan tidak diragukan.
Atas jasanya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI Nomor 162 Tahun 1964.
Teladan Bagi Generasi Penerus
KH Mas Mansur adalah sosok multidimensi yang mengabdikan hidupnya untuk agama, pendidikan, dan bangsa. Tiga nilai penting yang ia pegang adalah:
- Moderasi: Sikap seimbang dalam menyikapi berbagai persoalan.
- Kecintaan terhadap ilmu: Semangat belajar dari berbagai sumber.
- Keterbukaan: Menjalin hubungan lintas organisasi dan budaya.
Pemikirannya yang moderat dan terbuka menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk terus memperjuangkan Islam yang inklusif dan kemajuan bangsa Indonesia.
More Stories
PM Jepang Shigeru Ishiba Bawa Pulang 5 Banner Sambutan dari Kota Bogor
Emir Moeis Desak Presiden Prabowo Subianto Perkuat Tata Kelola Negara dan Reformasi Hukum
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Dorong Pembangunan Ekonomi Daerah