CENTRALNESIA – Utusan Palestina untuk PBB, Majed Bamya, mengecam keras keputusan Amerika Serikat yang memveto resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza. Resolusi tersebut bertujuan mengakhiri kekerasan dan mencegah lebih banyak korban jiwa di tengah konflik yang semakin meluas.
Kritik Palestina terhadap Keputusan AS
Bamya menyatakan bahwa veto AS adalah dukungan implisit terhadap perang yang telah menelan banyak korban sipil Palestina. Ia menekankan:
- Tidak Ada Alasan Dibalik Veto: “Tidak ada pembenaran untuk memveto resolusi yang mencoba menghentikan proses genosida,” tegasnya.
- Kelanjutan Kekerasan: Ia menuduh Israel menggunakan perang untuk mencaplok tanah dan menghancurkan rakyat Palestina.
- Pentingnya Gencatan Senjata Tanpa Syarat: Bamya menyerukan langkah ini sebagai jalan untuk “menyelamatkan semua nyawa” sebagai dasar perdamaian.
Veto AS dalam Sejarah Konflik Gaza
Veto ini merupakan yang keempat kalinya dilakukan AS sejak 2023 untuk memblokir resolusi yang menyerukan gencatan senjata di Gaza. AS berargumen bahwa resolusi harus mencakup pembebasan sandera sebagai syarat, yang dianggap Palestina sebagai pengalihan dari upaya penghentian konflik.
Respon Internasional terhadap Konflik
Israel terus menghadapi tekanan internasional atas tindakan militernya di Gaza, yang oleh banyak pihak disebut sebagai genosida. Proses hukum terkait kasus genosida telah diajukan terhadap Israel di Mahkamah Internasional, meskipun penyelesaiannya membutuhkan waktu panjang.
Krisis di Gaza ini telah memasuki tahun kedua, dengan ribuan korban jiwa, kehancuran infrastruktur, dan memburuknya kondisi kemanusiaan. Komunitas internasional masih terpecah terkait solusi jangka panjang untuk konflik ini.
More Stories
Apa Saja Sasaran Militer Rusia yang Berpotensi Menjadi Target Rudal Ukraina?
China Persiapkan Kolaborasi Internasional untuk Arus Data Lintas Batas
Pejabat PBB Serukan Dukungan Global Lebih Kuat untuk Tangani Aksi Geng di Haiti