February 5, 2025

Centralnesia

Pusat Berita, Pusat Informasi

Kolaborasi Nasional dan Internasional Dorong Pertamina Turunkan Emisi Metana di Indonesia

Kolaborasi Nasional dan Internasional Dorong Pertamina Turunkan Emisi Metana di Indonesia

CENTRALNESIA – PT Pertamina (Persero) telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi emisi, salah satunya dengan mengurangi gas metana dari seluruh operasional perusahaan. Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero), Salyadi Dariah Saputra, menyatakan bahwa pengurangan gas metana ini menjadi bagian dari fokus keberlanjutan Pertamina, khususnya dalam menghadapi perubahan iklim.

Salyadi menegaskan komitmen Pertamina untuk menjadi perusahaan energi terkemuka yang dikenal atas perhatian terhadap lingkungan, tanggung jawab sosial, dan tata kelola yang solid. “Kami telah mengambil langkah penting dalam pengelolaan emisi metana untuk mendukung tujuan keberlanjutan kami,” ujar Salyadi dalam sesi panel pada Conference of the Parties (COP) 29, Kamis (14/11/2024).

Sebagai bagian dari upaya pengurangan gas metana, Pertamina memberikan dukungan terhadap Zero Routine Flaring Initiative (ZRF), dengan target untuk mencapai ZRF pada 2030. Pertamina menargetkan pengurangan emisi metana sebesar 40 persen dari baseline 2021. Perusahaan juga memahami bahwa pencapaian ini memerlukan kolaborasi, oleh karena itu, Pertamina bekerja sama dengan berbagai organisasi internasional utama, seperti Japan Oil, Gas, and Metals Corporation (JOGMEC) dan anggota Dewan Perminyakan ASEAN.

Kolaborasi lain yang turut mendukung upaya pengurangan emisi metana ini adalah dengan United States Agency for International Development (USAID) dan penyedia teknologi seperti Honeywell. Pertamina juga berkolaborasi dengan Petronas dan PTT Exploration and Production Public Company Limited (PTTEP) dalam inisiatif Oil and Gas Methane Partnership 2.0 (OGMP 2.0) serta program Methane Leadership. Selain itu, Pertamina melakukan studi bersama dengan JOGMEC di lapangan Donggi Matindok dan JOB Tomori yang berfokus pada kuantifikasi, pelaporan, serta pengurangan flaring secara presisi.

“Untuk meraih hasil yang bermakna dan berkelanjutan, kami harus bekerja sama dengan pemerintah dan komunitas global,” kata Salyadi.

Pada kesempatan yang sama, Heather Evans, Deputi Asisten Sekretaris Bidang Manufaktur di Departemen Perdagangan Amerika Serikat, menekankan pentingnya kolaborasi antarnegara, serta komitmen AS untuk berbagi teknologi pengurangan emisi metana. “Kami mendorong penerapan teknologi pengurangan emisi sebagai praktik terbaik industri, bukan hanya sebagai kewajiban regulasi,” ungkap Evans.

Di sisi lain, Direktur Mitigasi Perubahan Iklim di Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, Yulia Suryanti, mengungkapkan komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai target Nationally Determined Contributions (NDCs) yang ditingkatkan pada 2030. Ia menjelaskan bahwa Indonesia telah menetapkan kebijakan harga karbon sebagai langkah mendukung target pengurangan emisi sebesar 21,89 persen pada 2030.

“Kami berupaya menyeimbangkan ketahanan ekonomi, sosial, dan ekologi dalam jalur pembangunan, untuk menjaga keseimbangan antara keuntungan, kesejahteraan masyarakat, dan keberlanjutan lingkungan,” kata Yulia.

Melalui kolaborasi yang erat, penerapan teknologi inovatif, dan komitmen bersama terhadap tujuan keberlanjutan, Pertamina dan mitra internasionalnya menunjukkan kekuatan aksi kolektif dalam mengurangi emisi metana dan menjaga keberlanjutan iklim untuk masa depan yang lebih baik.