February 6, 2025

Centralnesia

Pusat Berita, Pusat Informasi

Santi Mengalami Pusing yang Sangat Berat di Hari Penemuan Jasad Kembarannya Tanpa Kepala di Muara Baru Jakarta

Santi Mengalami Pusing yang Sangat Berat di Hari Penemuan Jasad Kembarannya Tanpa Kepala di Muara Baru Jakarta

CENTRALNESIA – Santi Handiyani, seorang wanita berusia 40 tahun, mengalami sebuah momen yang sangat mengguncang pada 29 Oktober 2024. Di hari itu, ia merasakan pusing yang tak biasa, sampai-sampai meminum obat sakit kepala dan meminta dikerik. Santi kini meyakini bahwa sakit kepala yang dialaminya merupakan firasat atas kejadian tragis yang menimpa saudara kembarnya, Sinta Handiyani, yang ditemukan tewas dengan cara mengenaskan di Muara Baru, Jakarta Utara.

Kejadian tersebut terjadi pada hari yang sama saat jenazah Sinta ditemukan tanpa kepala. Menurut Santi, awalnya ia tidak percaya bahwa kembarnya telah meninggal dengan cara yang sangat kejam. Namun, ketika nama pelaku, Fauza Fahmi, disebutkan oleh pihak kepolisian, rasa tidak percayanya berubah menjadi keterkejutan.

Kisah berlanjut ketika tim redaksi Tribunnews mengunjungi rumah orang tua Sinta di Kampung Babakan, Tangerang. Di sana, bendera kuning sebagai tanda berkabung berkibar, dan sanak keluarga serta kerabat tampak berkumpul untuk memberikan dukungan. Raut wajah keluarga, terutama dari ibu Sinta, terlihat muram dan gelisah menanti kedatangan jenazah.

Santi menceritakan bahwa ia dan Sinta adalah kembar dari enam bersaudara, lahir di Babakan, Kabupaten Tangerang, pada April 1984. Meskipun terpisah saat kecil karena alasan ekonomi, ikatan mereka tetap kuat. Saat kecil, Santi tinggal dengan neneknya di Jakarta, sementara Sinta tinggal bersama orang tua mereka. Momen-momen kebersamaan saat liburan sekolah menjadi kenangan berharga bagi keduanya.

Penemuan jasad Sinta mengarah kepada penyelidikan polisi yang segera diambil. Fauza, pelaku mutilasi, ditangkap hanya dalam waktu 24 jam setelah jenazah ditemukan. Jenazah Sinta ditemukan di kolam belakang SPBU di Muara Baru, sedangkan kepalanya ditemukan terpisah di semak-semak sekitar 600 meter dari lokasi tersebut. Menurut penyelidikan, Fauza diduga menggunakan pisau untuk melakukan kejahatan tersebut.

Kejadian ini menjadi sorotan publik, tidak hanya karena cara kematiannya yang tragis, tetapi juga karena dampak emosional yang dialami oleh Santi dan keluarganya. Momen berkabung ini menyoroti pentingnya perhatian terhadap hubungan antar anggota keluarga dan waspada terhadap situasi yang mengancam. Masyarakat pun tergerak untuk lebih peduli terhadap kehadiran orang-orang terkasih di sekitar mereka, mengingat betapa rapuhnya kehidupan ini.

Kisah ini merupakan pengingat bahwa tragedi dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, dan kita perlu menjaga hubungan dengan orang-orang terdekat kita. Santi dan keluarga akan terus mengenang Sinta, sembari berharap agar keadilan dapat ditegakkan untuk saudara kembarnya yang telah pergi secara tragis.