CENTRALNESIA – Industri batik Indonesia memiliki peran signifikan dalam ekonomi, dengan nilai ekspor batik mencapai USD 17,5 juta pada 2023 dan USD 9,45 juta pada Semester I – 2024 . Salah satu pemain baru yang sukses di industri ini adalah Dama Kara, merek batik yang didirikan pada 2020 di Bandung oleh Nurdini Prihastiti. Dama Kara mengusung visi memperkenalkan batik sebagai busana sehari-hari dengan desain timeless dan motif sederhana namun bermakna, sehingga bisa digunakan di berbagai momen.
Dalam usahanya, Dama Kara memanfaatkan model bisnis digital dengan bergabung di marketplace seperti Shopee. Strategi ini tidak hanya meningkatkan penjualan, tetapi juga membuka peluang ekspor, sehingga produk Dama Kara kini tersedia di Malaysia, Singapura, dan Taiwan . Shopee Live menjadi faktor penting, memungkinkan Dama Kara berinteraksi langsung dengan konsumen, menampilkan produk secara detail, dan memberikan pengalaman belanja yang lebih personal. Nurdini mengakui bahwa penjualan meningkat hingga 85% setelah penggunaan Shopee Live secara rutin, dan selama acara besar seperti “tanggal kembar,” penjualan bisa melonjak hingga 400% .
Selain itu, Dama Kara berkomitmen pada produksi yang inklusif dan berbasis masyarakat. Dalam prosesnya, Dama Kara menggunakan tenaga lokal dan melibatkan difabel dalam desain produknya melalui kelas menggambar yang diadakan dengan teknik suminagashi atau paper marbling. Teknik ini diterapkan pada produk seperti jaket yang menjadi salah satu item populer di toko online mereka .
Melalui kombinasi inovasi produk, kolaborasi inklusif, dan strategi digital yang efektif, Dama Kara tidak hanya meningkatkan popularitas batik di kalangan masyarakat umum tetapi juga membuka pasar internasional, sekaligus memberdayakan ekonomi lokal dan komunitas difabel di sekitarnya.
More Stories
Perpustakaan Berperan Penting dalam Membangun SDM Berkualitas
Kemenkumham: Pemda Aceh Bertanggung Jawab dalam Penanganan Pengungsi Luar Negeri
Indonesia CARE Sediakan Layanan Kesehatan Gratis dengan Ambulans Hibah