February 5, 2025

Centralnesia

Pusat Berita, Pusat Informasi

Peran Dunia Siber dalam Mengawal Dinamika Pilkada

Peran Dunia Siber dalam Mengawal Dinamika Pilkada

CENTRALNESIA – Perkembangan teknologi telah membawa disrupsi besar pada lanskap politik Indonesia, termasuk dalam pelaksanaan Pilkada Serentak 2024. Ranah siber kini menjadi panggung utama kampanye politik, menggantikan pertemuan tatap muka yang dahulu mendominasi. Media sosial, yang menjangkau lebih dari 221 juta pengguna internet di Indonesia, menjadi alat strategis bagi para calon kepala daerah untuk menyampaikan visi, misi, dan program kerja mereka.

Transformasi Kampanye Politik

Media sosial memberikan berbagai keuntungan dalam politik. Seperti dipaparkan oleh Ahmad Fauzan dalam jurnal ilmiahnya, media sosial memungkinkan jangkauan tanpa batas geografis, biaya yang relatif murah, dan interaksi dua arah antara kandidat dan pemilih. Dengan platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, TikTok, dan YouTube, politikus dapat membangun citra, menyebarkan pesan politik, dan meraih dukungan secara efisien.

Namun, transformasi ini juga membawa tantangan baru. Jerry Indrawan, dalam studinya, mencatat bahwa media sosial berkontribusi pada peningkatan partisipasi politik masyarakat. Akan tetapi, ia juga menggarisbawahi dampak negatif seperti maraknya hoaks, ujaran kebencian, dan kampanye hitam yang dapat merusak tatanan demokrasi.

Fenomena Politik Siber

Di Kalimantan Timur, di mana 80% penduduk terhubung ke internet, politik siber telah menciptakan kompetisi ketat di dunia maya. Para kandidat berusaha mencuri perhatian publik dengan memanfaatkan media sosial untuk menjual program-program unggulan mereka. Namun, dalam upaya ini, terdapat ancaman penyalahgunaan ruang digital. Penyebaran hoaks dan kampanye hitam sering digunakan untuk menjatuhkan lawan, menciptakan disinformasi, bahkan memicu konflik horizontal di masyarakat.

Selain itu, fenomena buzzer politik juga menjadi perhatian. Para pendengung ini sering dimanfaatkan untuk membentuk opini publik atau menyerang lawan politik, yang dapat merusak kualitas diskursus publik dan mengancam nilai-nilai demokrasi.

Tantangan dan Upaya Mengatasi Masalah Politik Siber

Politik siber membuka peluang besar untuk memperluas partisipasi masyarakat. Namun, tanpa literasi digital yang memadai, ruang ini bisa menjadi medan konflik yang merusak. Bawaslu Kalimantan Timur mengingatkan masyarakat untuk lebih cermat dalam menyaring informasi dan menghindari terprovokasi oleh berita palsu.

Beberapa langkah yang bisa diambil untuk menjaga demokrasi di era politik siber:

  1. Meningkatkan Literasi Digital: Masyarakat perlu dibekali kemampuan untuk membedakan fakta dari hoaks, berpikir kritis, dan menggunakan media sosial secara bijak.
  2. Penegakan Hukum yang Tegas: Pemerintah harus memperkuat regulasi untuk menangani hoaks, ujaran kebencian, dan disinformasi.
  3. Moderasi Konten oleh Platform Digital: Platform media sosial harus meningkatkan moderasi untuk mencegah penyebaran konten negatif.
  4. Kolaborasi Multipihak: Organisasi masyarakat sipil dapat membantu edukasi literasi digital, sementara parpol dan kandidat politik diharapkan menjalankan kampanye yang sehat dan bertanggung jawab.

Menjaga Etika dan Kesehatan Demokrasi

Kampanye politik di media sosial tidak hanya soal kecepatan dan jangkauan, tetapi juga etika. Agar politik siber menjadi wahana memperkuat demokrasi, semua pihak—dari kandidat hingga masyarakat umum—perlu menjaga komunikasi yang sehat. Kampanye yang baik adalah kampanye yang memberikan edukasi, menyampaikan gagasan dengan jujur, dan menghormati nilai-nilai demokrasi.

Sebagai langkah jangka panjang, literasi digital dan pendidikan politik perlu dimasukkan ke dalam agenda nasional. Dengan begitu, masyarakat Indonesia tidak hanya menjadi penonton di era digital, tetapi juga aktor aktif yang memahami dan berkontribusi dalam pembangunan demokrasi yang sehat dan beradab.