CENTRALNESIA – Memasuki penghujung tahun 2024, potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang menjadi perhatian utama di Provinsi Bengkulu. Hal ini didorong oleh tingginya curah hujan akibat anomali cuaca, dengan BMKG memperkirakan curah hujan di wilayah ini berada di atas normal dalam beberapa bulan ke depan.
Kawasan Rawan Bencana Hidrometeorologi
Berdasarkan data BPBD Provinsi Bengkulu, terdapat 122 titik rawan tanah longsor yang tersebar di 10 kabupaten/kota, dengan beberapa kawasan utama:
- Kabupaten Rejang Lebong: Wilayah perbukitan dengan tingkat kerawanan tinggi terhadap longsor.
- Kabupaten Lebong: Rawan banjir akibat luapan Sungai Ketahun, serta sering terjadi longsor di jalur provinsi.
- Kabupaten Bengkulu Tengah: Longsor di Kecamatan Taba Penanjung kerap memutus akses ke Kepahiang.
- Kota Bengkulu dan Kaur: Wilayah dataran rendah yang rentan banjir.
Dampak dan Kerugian Akibat Bencana
Pada tahun 2024, kerugian akibat bencana hidrometeorologi di Bengkulu mencapai Rp250 miliar, meningkat dari Rp200 miliar pada 2023.
- Kabupaten Lebong mencatat kerugian tertinggi sebesar Rp140 miliar, dengan kerusakan meliputi jalan, jembatan, pemukiman, dan lahan pertanian.
- Infrastruktur kritis seperti jembatan gantung di Kecamatan Topos, Lebong Sakti, dan Uram Jaya mengalami kerusakan berat.
Kesiapsiagaan Pemerintah dan Teknologi
Upaya BPBD dan BMKG
- Peringatan Dini:
- BMKG menggunakan Climate Early Warning System (CEWS) untuk memantau cuaca ekstrem dan menyebarkan informasi melalui media daring dan sosial.
- Penyiapan Personel dan Peralatan:
- BPBD Rejang Lebong mengerahkan alat berat, kendaraan operasional, logistik, dan obat-obatan untuk menghadapi kemungkinan bencana.
- 156 desa/kelurahan di Rejang Lebong memiliki relawan BPBD siap tanggap.
Langkah Mitigasi
- Perbaikan Infrastruktur:
- Jalur longsor di Kabupaten Lebong diperbaiki, meskipun perbaikan ini membutuhkan anggaran besar.
- Edukasi Masyarakat:
- Program seperti “BMKG Goes to School” ditujukan kepada pelajar untuk meningkatkan kesadaran akan kesiapsiagaan bencana.
Peran Masyarakat dalam Mitigasi
Menurut Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, mitigasi tidak hanya tugas pemerintah, tetapi juga masyarakat. Langkah sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan dapat membantu mencegah banjir. Selain itu, kolaborasi masyarakat dalam menjaga lingkungan dinilai penting untuk mencegah kerugian lebih besar.
Tantangan di Masa Depan
Ancaman bencana di Bengkulu diperparah oleh lokasi geografisnya di Cincin Api Pasifik dan pesisir barat Sumatera. Kabupaten Rejang Lebong juga menghadapi risiko unik dengan adanya gunung api aktif Bukit Kaba. Kondisi ini menuntut upaya mitigasi jangka panjang dan integrasi berbagai pihak untuk melindungi masyarakat.
Kesimpulan
Bencana hidrometeorologi di Bengkulu merupakan ancaman serius yang memerlukan tindakan strategis dan kolaboratif. Dengan kombinasi teknologi, penyiapan infrastruktur, dan peningkatan kesadaran masyarakat, dampak buruk bencana dapat diminimalkan.
“Ketika bencana datang, kesiapan dan kesadaran masyarakat adalah faktor kunci keselamatan,” ujar Ashvin Hamzah dari BMKG Bengkulu.
More Stories
Polisi Dalami Kasus Pesta Seks Sesama Jenis di Jakarta Selatan
Sidang Etik Dugaan Pemerasan Eks Kasat Reskrim Jaksel Digelar Minggu Depan
Kasus Mutilasi Mayat dalam Koper di Ngawi: Polda Jatim Libatkan Ahli Forensik untuk Analisis Kejiwaan Pelaku