![Keuntungan bagi Indonesia dengan Menjadi Mitra BRICS](https://centralnesia.com/wp-content/uploads/2024/10/Keuntungan-bagi-Indonesia-dengan-Menjadi-Mitra-BRICS-1024x576.png)
CENTRALNESIA – KTT ke-16 BRICS yang berlangsung selama tiga hari di Kazan, Rusia, sejak Selasa (22/10/2024), diakhiri dengan pidato dari Presiden Vladimir Putin. Dalam pidatonya, Putin menyebut BRICS sebagai “kelompok negara berkembang yang berfungsi sebagai penyeimbang” bagi kekuatan Barat.
KTT ini dihadiri oleh 36 pemimpin dan perwakilan negara, yang menekankan kegagalan usaha Amerika dalam mengisolasi Rusia setelah invasi Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022.
Di acara tersebut, Menteri Luar Negeri Sugiono, yang ditunjuk oleh Presiden Prabowo Subianto, menyatakan minat Indonesia untuk bergabung dengan BRICS. Ia juga mengajukan beberapa langkah konkret guna memperkuat kerjasama antara BRICS dan negara-negara berkembang.
Sugiono menjelaskan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam BRICS mencerminkan komitmen politik luar negeri yang aktif dan bebas. Dia menekankan bahwa partisipasi ini tidak berarti memilih pihak tertentu, melainkan berkontribusi secara aktif di berbagai forum internasional.
Dia juga menambahkan bahwa fokus BRICS sejalan dengan agenda Kabinet Merah Putih, termasuk ketahanan pangan, energi, pengentasan kemiskinan, dan pengembangan sumber daya manusia. Melalui BRICS, Indonesia berupaya mengangkat isu-isu penting bagi negara-negara berkembang, seperti hak atas pembangunan berkelanjutan dan perlunya reformasi sistem multilateral yang lebih inklusif.
Sugiono menekankan perlunya memperkuat lembaga internasional serta menyediakan sumber daya yang cukup untuk memenuhi tugas yang diemban.
Nanto Sriyanto, seorang pengamat hubungan internasional dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menilai keinginan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS sebagai langkah untuk mencari alternatif dalam pola pembangunan yang lebih beragam dibandingkan dengan yang selama ini ditawarkan oleh lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia.
Nanto menjelaskan bahwa di banyak negara berkembang, peran negara sangat penting, mengingat infrastruktur ekonomi mereka masih perlu dukungan. BRICS diharapkan bisa menawarkan cara pembangunan yang tidak hanya mengikuti standar lembaga keuangan internasional, tetapi juga memperkuat peran negara dalam proses pembangunan.
Meski demikian, Nanto juga mengingatkan bahwa bergabungnya Indonesia dengan BRICS tidak berarti sepenuhnya menjauh dari hubungan dengan negara-negara Barat.
“Meskipun ada persepsi tentang pembelahan, hubungan dagang antara BRICS dan Barat tetap cukup kuat. Sebagai contoh, India, yang merupakan anggota BRICS, juga memiliki kerjasama ekonomi yang baik dengan Jepang dan bahkan menjalin kemitraan strategis dalam berbagai isu,” jelasnya.
More Stories
Pertemuan Pertahanan Uni Eropa Bahas Peningkatan Kemampuan Militer dan Dukungan untuk Ukraina
PM Israel Benjamin Netanyahu akan Kunjungi AS untuk Bertemu Presiden Trump
Kecelakaan Pesawat Learjet 55 di Philadelphia: FAA Konfirmasi Enam Penumpang