February 6, 2025

Centralnesia

Pusat Berita, Pusat Informasi

IMF Memperkirakan Penurunan Ekonomi China di Tengah Ketegangan Perdagangan dengan AS

IMF Memperkirakan Penurunan Ekonomi China di Tengah Ketegangan Perdagangan dengan AS

CENTRALNESIA – Dana Moneter Internasional (IMF) merilis laporan terbaru tentang Prospek Ekonomi Dunia pada 22 Oktober, yang menunjukkan bahwa ekonomi China dalam kondisi tidak stabil. Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan turun menjadi 4,8 persen pada 2024, berkurang dari 5 persen pada 2023, meskipun pemerintah China, di bawah Presiden Xi Jinping, telah mengeluarkan beberapa paket stimulus.

Laporan tersebut, seperti yang dilaporkan oleh Financial Post, mengidentifikasi sektor properti yang lemah dan rendahnya pengeluaran konsumen sebagai faktor utama penurunan pertumbuhan. IMF juga memperkirakan pertumbuhan China akan mencapai 4,5 persen pada tahun 2025, meski ada upaya untuk meningkatkan ekspor neto dan dukungan dana untuk pertumbuhan. Ketidakpastian ekonomi ini semakin diperburuk oleh perang dagang yang berlangsung antara China dan Amerika Serikat, yang telah memperkenalkan tarif baru yang berdampak pada ekonomi global.

Gita Gopinath, Wakil Direktur IMF, menyatakan bahwa ketegangan perdagangan ini berpotensi merugikan semua pihak. Dia menekankan bahwa ketidakpastian dalam hubungan dagang antara AS dan China dapat berakibat pada inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. Gopinath juga mencatat bahwa hubungan dagang yang stabil antara negara-negara besar sangat penting untuk mempertahankan stabilitas ekonomi global.

Selain itu, laporan IMF juga menunjukkan bahwa meskipun ekonomi AS diperkirakan akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan global hingga akhir tahun ini, tantangan di China yang dihadapi dalam menghadapi inflasi dan ketegangan dagang akan mempengaruhi ekonomi dunia secara keseluruhan. IMF memperingatkan bahwa kebijakan proteksionis yang terus berlanjut di berbagai negara dapat memperburuk situasi perdagangan dan mengganggu rantai pasokan global, berpotensi membebani prospek pertumbuhan jangka menengah di banyak negara .