February 5, 2025

Centralnesia

Pusat Berita, Pusat Informasi

Ketegangan Politik di Filipina: Wakil Presiden Sara Duterte Ancam Presiden Marcos Jr. dan Keluarganya

Ketegangan Politik di Filipina: Wakil Presiden Sara Duterte Ancam Presiden Marcos Jr. dan Keluarganya

CENTRALNESIA – Pemerintah Filipina memperketat pengamanan terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr. dan keluarganya setelah menerima ancaman dari Wakil Presiden Sara Duterte, yang secara terbuka menyatakan rencana untuk melibatkan kekerasan jika dirinya terbunuh. Pernyataan ini memicu perhatian serius di tengah ketegangan politik yang semakin memanas.

Dalam pernyataan resmi, Komando Keamanan Kepresidenan (PSC) Filipina menegaskan bahwa mereka bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk mencegah segala bentuk ancaman terhadap keselamatan presiden dan keluarganya. Ancaman ini, menurut PSC, merupakan isu yang berdampak pada keamanan nasional, dan langkah pencegahan dianggap mendesak.

“Setiap ancaman terhadap presiden dan keluarganya, apapun sumbernya, akan ditangani dengan serius. Kami berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah guna memastikan keamanan mereka,” tegas PSC dalam pernyataannya.

Pernyataan Kontroversial Sara Duterte

Ketegangan meningkat setelah Wakil Presiden Sara Duterte mengungkapkan dalam sebuah konferensi pers daring bahwa ia telah mengatur rencana balasan jika dirinya terbunuh. Ia menyebutkan bahwa Presiden Marcos, Ibu Negara Liza Araneta-Marcos, dan Ketua DPR Martin Romualdez menjadi target balasan tersebut.

“Saya sudah memberi perintah kepada seseorang. Jika saya dibunuh, habisi juga Marcos, Liza, dan Romualdez,” ujar Duterte tanpa ragu.

Duterte menuding Romualdez, yang juga sepupu Presiden Marcos, sebagai dalang di balik ancaman terhadap dirinya. Menurutnya, Ketua DPR itu memandangnya sebagai ancaman besar dalam persaingan menuju pemilihan presiden Filipina tahun 2028.

Latar Belakang Ketegangan

Perselisihan ini muncul di tengah meningkatnya tekanan politik terhadap Sara Duterte. Upaya pemakzulan terhadap dirinya mulai digerakkan di DPR, yang menurut laporan dipimpin oleh kubu pendukung Romualdez. Konflik ini menyoroti perpecahan di antara elite politik Filipina, khususnya dalam pemerintahan Marcos-Duterte.

Romualdez dituding berupaya mengamankan dukungan politiknya untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu mendatang. Sementara itu, Sara Duterte, sebagai putri mantan Presiden Rodrigo Duterte, memiliki pengaruh politik yang signifikan di negara tersebut.

Dampak dan Implikasi

Ancaman terbuka ini membawa dampak besar pada stabilitas politik Filipina:

  1. Stabilitas Pemerintahan: Ketegangan ini memperburuk hubungan antara Marcos dan Duterte, yang semula diharapkan menjadi koalisi kuat. Konflik ini berpotensi mengganggu jalannya pemerintahan dan melemahkan kepercayaan publik.
  2. Resiko Pemakzulan:
    Pernyataan kontroversial Duterte dapat menjadi alasan kuat untuk melanjutkan proses pemakzulan terhadapnya, terutama jika ditemukan bukti yang mengancam keamanan nasional.
  3. Keamanan Nasional:
    Konflik politik ini dapat memicu ketidakstabilan domestik, termasuk potensi krisis konstitusional jika tidak segera diselesaikan.
  4. Pengaruh Pemilu 2028:
    Konflik ini menciptakan atmosfer kompetisi politik yang semakin memanas menuju pemilu, memperjelas friksi antara kubu pendukung Duterte dan Romualdez.

Tanggapan Pemerintah

Dalam menanggapi situasi ini, PSC memastikan keamanan Presiden Marcos dan keluarganya menjadi prioritas utama. Pemerintah juga diharapkan dapat mengambil langkah diplomatis untuk meredakan ketegangan antara pejabat tinggi.

Kesimpulan

Ketegangan antara Presiden Marcos, Wakil Presiden Duterte, dan Ketua DPR Romualdez menunjukkan dinamika politik yang kompleks di Filipina. Pernyataan Duterte tidak hanya memanaskan suasana, tetapi juga berpotensi menciptakan krisis politik yang lebih luas. Bagaimana konflik ini diselesaikan akan menjadi kunci dalam menentukan stabilitas pemerintahan Filipina di masa depan.