February 5, 2025

Centralnesia

Pusat Berita, Pusat Informasi

PGE: Energi Panas Bumi Dapat Menjadi Pilar Utama untuk Mencapai Swasembada Energi

CENTRALNESIA – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) menyatakan bahwa energi panas bumi dapat menjadi kekuatan utama dalam mencapai swasembada energi yang diharapkan oleh pemerintah.

Direktur Keuangan PGE, Yurizki Rio, menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menunjukkan kemajuan menuju transisi energi. Menurutnya, panas bumi memiliki faktor kapasitas yang tinggi, yakni 90-100 persen, dan memberikan kepastian kepada konsumen, menjadikannya pilihan utama dalam transisi energi.

“Panas bumi juga berada di pulau-pulau utama yang memiliki permintaan listrik yang tinggi, baik untuk sekarang maupun di masa depan,” ujar Yurizki dalam acara DETalk yang bertema “Pengembangan Sektor Ketenagalistrikan untuk Mencapai Swasembada Energi di Era Pemerintahan Baru” yang diselenggarakan oleh Dunia Energi.

Yurizki menambahkan bahwa salah satu kunci untuk menjadikan panas bumi sebagai sumber utama energi adalah melalui koneksi yang optimal dari jaringan listrik PT PLN (Persero).

Pemanfaatan energi panas bumi juga akan membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil. “Penggunaan 1 MWh energi panas bumi setara dengan mengurangi penggunaan 1,87 barel minyak,” tambahnya.

Sebagai pengembang utama panas bumi di Indonesia, PGE saat ini memiliki kapasitas pembangkit listrik panas bumi terbesar dengan 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dan kapasitas terpasang total 1.877 megawatt (MW), yang terdiri dari 672 MW yang dioperasikan sendiri dan 1.205 MW melalui kontrak operasi bersama (JOC).

“Panas bumi sebagai sumber daya yang stabil (base load resources) memang menjadi tulang punggung dalam transisi energi, siap menggantikan bahan bakar fosil,” kata Yurizki.

Dengan kemampuan pengembangan aset yang dimiliki, PGE optimistis dapat menjadi pendorong utama dalam menciptakan ekosistem panas bumi di Indonesia. Saat ini, PGE memiliki cadangan panas bumi terbukti sebesar 1,1 gigawatt (GW), dengan potensi cadangan tambahan sebesar 2,1 GW.

“Totalnya mencapai 3,1-3,2 GW, dan 75 persen di antaranya berada di lapangan kami, sehingga pengembangan dapat dipercepat,” ungkap Yurizki.

PGE berencana untuk meningkatkan kapasitas terpasang secara signifikan dalam 10 tahun mendatang. Pada 2028, perusahaan menargetkan kapasitas terpasang PLTP mencapai 1 GW, dan pada 2030 meningkat menjadi 1,3 GW. Pada 2035, PGE memproyeksikan kapasitas terpasang PLTP akan mencapai 1,7 GW.

Untuk mendanai pengembangan ini, PGE akan memanfaatkan dana internal yang tersisa setelah melakukan IPO. Yurizki menyebutkan bahwa perusahaan memiliki kekuatan finansial yang kuat, dengan dana sebesar 650 juta dolar AS, yang 60 persennya berasal dari IPO dan 40 persen dari dana operasional, memberikan ruang bagi pembiayaan tambahan jika diperlukan.

Sementara itu, Faldolly Ardin, Subkoordinator Perencanaan Wilayah Usaha Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, menegaskan pentingnya jaringan listrik dalam mendukung pemanfaatan panas bumi. Pemerintah telah menyusun peta jalan untuk pengadaan supergrid, yang akan menjadi kunci dalam transisi energi.

“Melalui pembangunan supergrid, investasi dalam pembangkit energi terbarukan akan menjadi lebih menarik, terutama untuk lokasi yang jauh dari pusat permintaan,” katanya.

Warsono, Executive Vice President Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN, menambahkan bahwa PLN telah mengembangkan program akselerasi pengembangan energi terbarukan (ARED), yang mencakup pengembangan supergrid. Program ini ditargetkan untuk mempercepat penyediaan energi terbarukan hingga 75 persen lebih cepat dibandingkan dengan pola pengembangan bisnis biasa.

Meskipun Indonesia memiliki cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia, pemanfaatannya masih terbatas. Dari total potensi sumber daya panas bumi 24 GW, baru sekitar 2,4 GW yang dimanfaatkan, atau sekitar 10 persen.