February 5, 2025

Centralnesia

Pusat Berita, Pusat Informasi

Krisis Kesehatan dan Pengungsi di Suriah: Tantangan dalam Penanganan Kemanusiaan

Krisis Kesehatan dan Pengungsi di Suriah: Tantangan dalam Penanganan Kemanusiaan

CENTRALNESIA – Konflik dan krisis yang melanda Suriah selama 14 tahun telah membawa dampak besar terhadap sistem kesehatan dan kehidupan jutaan warga. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan bahwa fasilitas perawatan kesehatan di negara tersebut terus menghadapi tantangan berat akibat penjarahan, kekurangan staf, serta minimnya pasokan obat-obatan. Akibatnya, beberapa fasilitas terpaksa menghentikan operasionalnya, terutama di tengah situasi keamanan yang tidak stabil.

Dukungan Kemanusiaan Terus Berjalan

Meski situasi di lapangan penuh ketidakpastian, PBB dan mitranya terus mendukung respons bantuan dan melanjutkan kegiatan kemanusiaan di daerah yang memungkinkan. Di Suriah timur laut, mitra kesehatan telah mengoperasikan lebih dari 20 fasilitas kesehatan keliling untuk menangani kasus kritis dan memberikan layanan medis awal. Sementara itu, di Suriah barat laut, 30 tim medis keliling menyediakan layanan kesehatan dasar, vaksinasi, serta perawatan ibu dan anak.

Selain layanan kesehatan, badan-badan kemanusiaan juga mendistribusikan bantuan berupa makanan, tenda, pakaian musim dingin, perlengkapan kebersihan, dan uang tunai kepada pengungsi serta komunitas yang menampung mereka. Namun, badan-badan ini mengakui bahwa dukungan lebih besar diperlukan untuk menjangkau lebih banyak warga yang membutuhkan.

Arus Pergeseran Populasi

Komisariat Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mencatat adanya arus balik pengungsi Suriah dari negara-negara tetangga, seperti Lebanon dan Turki. Ribuan pengungsi dilaporkan kembali melalui titik perbatasan Masnaa serta perlintasan Bab al-Hawa dan Bab al-Salam. Mereka kembali ke berbagai wilayah seperti Idlib, Damaskus, Aleppo, dan Daraa.

Namun, di tengah arus balik ini, terdapat pula warga Suriah yang terus mengungsi ke Lebanon. Gonzalo Vargas Llosa, perwakilan UNHCR di Suriah, menyoroti tantangan utama dalam proses ini, yaitu absennya otoritas imigrasi di sisi perbatasan Suriah. Kekosongan otoritas ini muncul setelah mundurnya pejabat imigrasi dari rezim sebelumnya dan belum terbentuknya prosedur yang jelas dari otoritas transisi.

Layanan Kemanusiaan Kembali Berjalan di Daerah Lebih Aman

Dalam 72 jam terakhir, UNHCR melaporkan bahwa beberapa aktivitas kemanusiaan di daerah yang lebih aman mulai dilanjutkan melalui mitra-mitra lokal. Hingga kini, UNHCR mendukung 114 pusat komunitas di Suriah yang menyediakan layanan bagi pengungsi internal maupun warga yang kembali ke negara tersebut.

Seruan untuk Dukungan Lebih Besar

Selama lebih dari satu dekade, krisis Suriah telah memaksa lebih dari 13 juta warga meninggalkan rumah mereka. Tantangan besar dalam bidang kesehatan, keamanan, dan pemulangan pengungsi menjadi bukti nyata bahwa dukungan internasional tetap diperlukan untuk membantu Suriah bangkit kembali.

PBB menyerukan kepada komunitas internasional untuk meningkatkan dukungan, baik dalam bentuk dana maupun sumber daya, agar lebih banyak pengungsi dan komunitas terdampak dapat menerima bantuan yang mereka perlukan.